• Kisah Dibalik Fur Elise karya Ludwig van Beethoven

    Hai minna-san!
    Pada postingan pertama, kita udah berkenalan dengan sang admin alias Kenia. Nah, pada postingan kali ini Kenia mau berbagi mengenai Piano Sonata favorit Kenia yaitu Bagatelle in A Minor atau yang biasa kita kenal dengan Für Elise karya Ludwig van Beethoven.
    Kenia yakin kalian pasti udah nggak asing lagi dengan karya Beethoven yang satu ini apalagi buat para pemain piano yang udah pada pro (khususnya para penikmat musik klasik). Biasanya sih sonata ini banyak digunakan juga pada music box. Bagi kalian yang belum pernah mendengarkannya, kalian dapat mengunjungi situs ini https://www.youtube.com/watch?v=_mVW8tgGY_w
    Mungkin sebagian dari kalian bertanya-tanya kenapa sih Für Elise ini bisa masuk ke dalam list Piano Sonata favoritnya Kenia? Yah, sebenernya selain karena nada-nada lagunya yang indah dan bikin "flashback" ke masa kecil, Für Elise sendiri memiliki sejarah yang ngena banget (please, nggak usah baper deh min -_-) .
    Nee minna-san, sebelum lebih jauh membahas mengenai sejarah Für Elise akan lebih baik jika kita tau sedikit mengenai sosok Beethoven yang begitu melegenda ini. So, let's check it out!

    Ludwig van Beethoven
    Lukisan Beethoven oleh Joseph Karl Stieler pada tahun 1820

    Ludwig van Beethoven (dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn, wafat 26 Maret 1827 di Wina) adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Karyanya yang terkenal adalah Simfoni ke-lima dan ke-sembilan, dan juga lagu piano Für Elise.
    Kakek Beethoven, Ludwig Louis van Beethoven (1712-1773) bertugas sebagai penyanyi di Kapel Istana Bonn. Ayahnya, Johann van Beethoven (1740-1792) bekerja sebagai penyanyi tenor untuk Pangeran Bonn dari tahun 1752. Ibunya bernama Maria Magdalena Keverich (1767-1787). Dari sejak kecil, Beethoven telah dipaksa untuk berlatih memainkan piano selama berjam-jam karena sang ayah menginginkan Beethoven tumbuh menjadi 'anak ajaib' seperti Mozart. Dalam sejarahnya, Beethoven banyak belajar dari musisi terkenal seperti Mozart, Haydn, Franz Ries.
    Pada tanggal 26 Maret 1778, Beethoven mengadakan konser pertamanya namun pada usia yang sama kepandaiannya tak setara dengan Mozart.

    Beethoven pada usia 13 tahun

    Guru komposisi pertama Beethoven adalah Christian Gottlob Neefe (1748-1798). Neefe yang melihat bakat musik Beethoven mengajari Beethoven memainkan komposisi-komposisi milik Bach dan cara berimprovisasi, dia juga membantu Beethoven menerbitkan karya pertamanya pada tahun 1783.
    Pangeran Bonn, Franz Xaver Stelker menunjuk Beethoven sebagai wakil Neefe dalam bermain organ dan harpsikord. Pada 1783, Beethoven menerbitkan tiga sonata yang didekasikan kepada Pangeran Franz. Pada tahun 1784, Beethoven diangkat sebagai wakil Neefe secara resmi dalam pekerjaannya itu. Kemudian pada tahun 1785, Beethoven menggubah tiga trio piano untuk pangeran namun karya ini tak diterbitkan sampai Beethoven meninggal.
    Pada tahun 1787, Beethoven pergi ke Wina atas perintah Pangeran. Di sana ia bertemu dengan Mozart dan memainkan piano di depannya. Namun, kunjungan Beethoven hanya sementara akibat keterbatasan biaya dan harus pulang ke Bonn karena Ibunya mengalami sakit parah akibat TBC, yang kemudian merenggut nyawanya pada 17 Juli 1787.
    Beethoven terbeban mengurusi kedua adiknya yang masih kecil. Karena ayahnya pemabuk dan menghambur-hamburkan uang untuk alkohol, Beethoven meminta agar gaji ayahnya diberikan kepadanya. Disamping itu, Beethoven mendapat penghasilan tetap dengan memberi les piano kepada keluarga bangsawan.
    Pada tahun 1792, Pangeran Waldstein, salah satu teman dekat Beethoven berhasil membujuk Pangeran Franz untuk membiayai perjalanan Beethoven menuju Wina untuk belajar komposisi pada Haydn. Pelajaran komposisi Beethoven pada Haydn tak berjalan dengan baik. Haydn memang guru yang ramah, baik, dan menghargai Beethoven walaupun Haydn kurang mengerti ide-ide musiknya. Beethoven tanpa sepengetahuan Haydn belajar komposisi di bawah bimbingan Johann Schenk. Pangeran Franz memanggil Beethoven pulang ke Bonn tetapi Beethoven memilih untuk tinggal di Wina dan berkarier di sana sampai ia meninggal.
    Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ia bermasalah dengan pendengaran mulai tampak. Sampai suatu ketika Beethoven ingin mengakhiri hidupnya. Untungnya, peristiwa itu tidak terjadi.
    Sekitar tahun 1802-1815 sering dianggap sebagai masa pertengahan karier Beethoven. Di tahun-tahun itu, Beethoven juga harus banyak beristirahat karena penyakitnya semakin parah dan kemampuan pendengarannya semakin menurun. Selain daripada itu, kepercayaan dirinya pun mulai menurun. Ia takut bertemu dengan orang dan benar-benar menjadi seorang yang tuna rungu. Ia tidak pernah lagi bergaul dengan masyarakat. Walaupun demikian, karya musik Beethoven terus berkembang namun perhatian yang diterimanya semakin lama semakin berkurang. Seharusnya, Ia menjadi komponis yang populer. Namun yang dikenal hanya karyanya yang terus menuju kesuksesan.
    Di usia empat puluhan, pendengaran Beethoven sama sekali tidak berfungsi. Akibatnya, dia tidak pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit dipahami. Sejak itu dia menciptakan musik hanya untuk dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia pernah mengatakan kepada seorang kritikus musik, "Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu".
    Pada tahun 1826, Beethoven menderita demam tinggi yang ternyata disebabkan oleh sakit ginjal. Penyakitnya tak tertolong dan dia meninggal pada 26 Maret 1827.
    Semasa hidupnya Beethoven telah menghasilkan 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi. Tetapi, yang lebih penting dari jumlah ciptaannya adalah segi kualitasnya. Karyanya merupakan kombinasi luar biasa dari perasaan yang mendalam.

    Für Elise
    Melody pembukaan "Für Elise"

    Für Elise berasal dari bahasa Jerman yang berarti "Kepada Elise" adalah nama populer bagi Bagatelle in A minor, WoO 59, sebuah musik piano solo karya Ludwig van Beethoven yang ditulis sekitar tahun 1810. 
    Therese Malfatti von Rohrenbach







    Para peneliti Beethoven tidak tahu siapa sebenarnya Elise yang dimaksud. Teori yang terkenal mengatakan bahwa pada mulanya karya tersebut berjudul Für Therese. Therese yang dimaksud adalah Therese Malfatti von Rohrenbach zu Dezza (1792-1851), puteri seorang saudagar dari Wina, Jacob Malfatti von Rohrenbach (1769-1829). Therese adalah wanita yang ingin dinikahi Beethoven pada tahun 1810. Namun, ia menikahi pria lain sebelum Beethoven menyatakan perasaan cinta kepadanya. Ada juga hipotesis lain yang mengatakan bahwa Therese telah mengetahui perasaan Beethoven namun Beethoven justru dicampakkan olehnya. Ketika karya Für Elise tersebut dipublikasikan tahun 1865, penemunya, Ludwig Nohl, salah menyalin judulnya sehingga menjadi "Für Elise". Tanda tangannya hilang.

    Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh musikolog Jerman Klaus Martin Kopitz memuat hipotesis bahwa Beethoven menulis sepotong untuk penyanyi Elisabeth Rockel. Dikisahkan bahwa Rockel sangat menikmati persahabatannya dengan Beethoven namun akhirnya dia menikahi seorang komposer Johann Nepomuk Hummel pada tahun 1813. Ia menemukan sejumlah catatan di Vienna. Ia menyatakan bahwa Rockel memang mengkin dikenal sebagai "Elise" setidaknya dikalangan masyarakat Wina. Menurutnya, catatan yang tertera di gereja pada saat pembaptisan anak pertama Rockel pada tahun 1812 sang anak diberi nama Maria Eva Elise.
    Dalam teori lain dijelaskan bahwa nama Elise sendiri digunakan sebagai sebuah istilah umum untuk pengganti kata "Sayang", yang mungkin saja digunakan pula oleh Beethoven. Namun teori ini ditentang oleh banyak pihak. Sejarah dedikasi seorang Beethoven mengatakan bahwa ia bukanlah seorang yang romantis yang menggunakan istilah-istilah seperti ini.
    Melodi pembuka Für Elise yang terkenal menjadi petunjuk inisial wanita yang dicintai Beethoven. Melodinya dimulai dengan nada E – D# – E, atau enharmoninya E – E♭ – E, dibaca E – Es – E, huruf yang menjadi nada lagu dari nama ThErESE atau bahkan EliSE.

    Siapapun Elise atau apapun teori baru yang berkembang mengenai siapa sosok Elise sesungguhnya, Elise akan selalu menjadi misteri yang akan menghidupkan imajinasi para penikmat musik klasik.
    Well, well, minna-san. Itulah mengapa hingga saat ini Kenia lebih sering memainkan Für Elise. Selain karena keindahan nada-nadanya, Kenia mendedikasikan alunan Für Elise dari jemari Kenia ini kepada seseorang yang tercinta disana (aduuh, lagi deh si admin -_-).
    Hehe... Kenia rasa cukup sekian dulu yang dapat Kenia bagikan. Jangan lupa tinggalkan kritik, saran, maupun tanggapan kalian yaa. Jaa minna-san! ^^

    P.S:
    Postingan ini ditulis bertepatan pada tanggal 26 Maret 2016 selain untuk berbagi wawasan mengenai pribadi Beethoven sendiri dan salah satu karyanya yaitu Für Elise. Postingan ini juga didedikasikan sebagai respect kepada sang legenda musik klasik yaitu Ludwig van Beethoven. Dimana pada tanggal 26 Maret 1778, Beethoven mengadakan konser pertamanya. Selain itu bertepatan atas terpanggilnya Beliau pada tanggal 26 Maret 1827.

  • Kenia Safirdha

    Kenia Safirdha

     

    Kenia Safirdha (Lahir di Malang, 11 Agustus 1999) atau akrab dipanggil Kenia adalah seorang pelajar yang saat ini duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Meskipun lahir di Malang, Namun Kenia telah lama menetap di daerah Kalimantan Utara tepatnya di Kota Tanjung Selor. Sebelum menetap di Tanjung Selor, Kenia sempat menetap di beberapa kota diantaranya Surabaya, Kuala Kapuas, dan Samarinda hingga akhirnya Kenia memutuskan untuk menetap di Tanjung Selor sehubungan dengan kondisi yang tidak memungkinkan Kenia untuk turut serta bersama orang tua menetap di Jakarta.

    Mengenai riwayat pendidikan, Kenia pernah menempuh pendidikan di Playgroup Junior Surabaya, TK (lupa namanya), SD Negeri 5 Selat Hilir, SD Negeri Selat Hilir 7 (Sekarang SDN Selat Hilir 4), SD Negeri 007 Bhayangkara Samarinda yang merupakan salah satu sekolah terfavorit sejak dulu hingga kini, kemudian pada akhirnya pindah ke Tanjung Selor dan melanjutkan di SD Negeri 001 Tanjung Selor. Untuk jenjang yang lebih tinggi di lanjutkan di SMP Negeri 1 Tanjung Selor. Usai menempuh Sekolah Menengah Pertama Kenia melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah favorit dengan Akreditasi A yaitu SMA Negeri 1 Tanjung Selor (SMANSATASE) yang mempunyai slogan "SMANSATASE CERIA!".

    Nah, Di sekolah ini Kenia banyak terlibat di berbagai bidang mulai dari Organisasi Kelas sebagai Sekretaris 1, Bidang Keagamaan sebagai Bendahara 2, Komunitas Bahasa Inggris atau yang biasa dikenal dengan sebutan English Club sebagai Ketua, dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai Koordinator Departemen 10 yang bergerak di bidang Komunikasi dalam Bahasa Inggris. Selama menginjak Sekolah Menengah Atas ini Kenia juga sempat ikut berpartisipasi di dalam beberapa lomba diantaranya National Schools Debating Championship (NSDC) dan meraih Juara 1, Lomba Cerdas Cermat Lalu Lintas dan meraih Juara Harapan 1. 

    Baiklah sekian profil mengenai Kenia! ^^






    Salam super.
  • Copyright © - Kenia - Kenia| Instagram: @keniasafirdha